Cara Membuah Minuman Keras Tradisonal Khas Bali

Cara Membuah Minuman Keras Tradisonal Khas Bali

Bali merupakan salah satu tempat wisata di Indonesia dengan pesona alam yang sangat indah. Salah satu tempat wisata yang paling terkenal di Bali yaitu pantai Kutai.

Tidak hanya pesona alam nya saja yang menjadikan Provinsi ini dikenal oleh banyak orang hingga ke mancanegara, tempat ini juga terkenal dengan minuman keras tradisional nya.

Bagi masyarakat lokal Bali, minuman keras tradisional ini cukup memiliki banyak manfaat. Selain untuk dikonsumsi dan dipasarkan, ternyata minuman ini juga kerap dijadikan sebagai salah satu media yang diperlukan ketika melaksanakan upacara adat ada disana.

Minuman keras  tradisonal khas Bali ini cenderung memiliki kadar alkohol yang cukup rendah, sehingga aman jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup banyak.

Namun terkadang minuman tradisional ini juga dibuat dengan kadar alkohol yang cukup tinggi. Jika kadar alkoholnya tinggi, biasanya masyarakat lokal akan menjadikan minuman keras tradisional ini sebagai obat untuk penyakit reumatik.

Beberapa tempat yang terkenal di Bali sebagai produsen minuman keras tradisional khas Bali ini yakni Desa les di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dan Desa Merita, Kecamatan Abang Karangasem. 

Lantas, bagaimana cara membuat minuman keras tradisonal khas Bali? Tapi sebelum itu kamu juga bisa sambil mendengarkan musik atau lagu chord semata karenamu ketika menyimak ulasan ini. Yuk langsung simak.

Cara Membuat Minuman Keras  Trasisonal Khas Bali

1. Bahan baku

Bahan utama yang digunakan untuk membuat minuman keras tradisonal ini adalah bahan baku tuak (nira) yang berasal dari pohon kelapa ataupun pohon lontar yang memang tumbuh dengan baik di kawasan Karangasem.

2. Cara Membuat

Sebelum menjadi minuman keras, terlebih dahulu bahan baku dari minuman tersebut yang  berasal dari tuak (nira) disadap dari pohon kelapa ataupun pohon lontar. Proses penyadapan akan menghasilkan tetesan-tetesan air yang keluar dari proses penyadapan tersebut, sehingga menghasilkan tuak (nira) yang rasanya manis. 

Pada umumnya tuak yang memiliki rasa yang manis biaya dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat gula merah.

Maka, untuk menghasilkan tuak yang rasanya kecut, kita harus mendiamkan tuak tersebut hungga pada kurun waktu tertentu dalam wadah yang sudah dimasukkan serabut kelapa. Hal tersebut akan mempercepat proses fermentasi  pada tuak. 

Setelah melakukan fermentasi, air tuak tersebuat akan disuling terlebih dahulu.

Hasil penyulingan arak tersebutpun bermacam-macam, hasil penyulingan pertama adalah hasil arak nomer satu dengan kadar alkohol paling tinggi bisa mencapai 35-45% alkohol, dan untuk wilayah Karangasem, arak Bali tersebut dikenal dengan minuman keras api, karena arak tersebut mudah dijilat api. 

Terdapat beberapa jenis minuman keras  yang yang dijual oleh produsen.

1. Untuk minuman keras tradisional yang pertama mempunya  ciri mengeluarkan jika diaduk dalam botol dan mudah tersambar api dan api yang dihasilkan berwarna kebiru-biruan.  

Minuman keras ininjuga di kenal dengan nama arak lobong (buih) dan mayarakat lokal sering menggunakan miuman ini untuk keperluan obat. Hanya sedikit dari mereka yang suka mengkonsumsi jenis minuman keras ini.

2. Untuk jenis minuman yang kedua memiliki karakteristik  buih yang lebih sedikit dibandingkan dengan jenis minuman keras yang pertama. 

Selain itu kadar alkoholnya juga lebih rendah, dapat tersambar oleh api tetapi warna api yang dihasilkan bewarna kekuningan. Hal yang menjadikan pertanda khusu jika minuman mengandung kadar alkohan yang rendah adalah menghasilkan api berwarna kekuningan jika dibakar. Kadar alkoholnya hanya sampai 30% saja.

Nah itu dia sekilas mengenai penjelasan tentang cara membuah minuman keras tradisional khas Bali. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kalian seputar minuman keras tradisional  ya. Terimakasih sudah mengunjungi blog ini.

Posting Komentar

0 Komentar